Translate:

Rezim Orde Baru "Membunuh" Tan Malaka

Tan Malaka (foto: Wikipedia)


Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945. Sejarah mencatat, Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di tengah kekosongan kekuasaan setelah Jepang yang menguasai Tanah Air selama 2,5 tahun kalah perang melawan tentara sekutu. 

Sebelum dan sesudah kemerdekaan, banyak tokoh-tokoh yang sebetulnya punya peran penting membangun Indonesia. Entah disengaja atau tidak sosoknya hampir dilupakan. Tan Malaka menjadi tokoh paling dramatis.

30 tahun bergerilya menggalang kekuatan buruh, Tan Malaka akhirnya diberi label seperti pengkhianat. Padahal, gagasan Republik Indonesia merupakan sumbangsing paling otentik dari Tan Malaka yang hingga kini diadopsi menjadi sistem pemerintahan nasional. 

Memperingati Hari Pahlawan Nasional yang jatuh pada 10 November, mengingat kembali peranan Tan Malaka dalam pergerakan menuju kemerdekaan Indonesia.

Tan Malaka
Lahir di Nagari Pandam Gadang, Suliki, Sumatera Barat, 2 Juni 1897, Tan Malaka atau Sutan Ibrahim Datuk Tan Malaka dikenal sebagai Bapak Republik Indonesia. Dia merupakan orang pertama yang mencetuskan gagasan republik sebagai sistem pemerintahan nasional melalui buku Naar de Republiek Indonesia yang ditulis pada April 1925.

Perjuangan Tan Malaka dalam memerdekaan Indonesia begitu dramatis dan penuh liku. Empat tahun sebelum mengeluarkan buku Naar de Republiek, Tan Malaka bertemu Semaun di Semarang, Jawa Tengah. Dia lalu bergabung menjadi anggota Sarekat Islam Merah yang belakangan berubah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI).

Karena dianggap terlalu radikal, Pemerintah Kolonial membuang Tan Malaka ke Belanda. Belanda seperti menjadi titik tolak bagi Tan Malaka berkirpah dalam gerakan komunis internasional. Dari negeri Kincir Angin itu, Tan Malaka lalu lari ke Moskwa, Uni Soviet, dan menjadi wakil Indonesia di Kongres Komunis Internasional (Komintern) ke empat. Dia dianggat menjadi Wakil Komintern di Asia yang berkedudukan di Kanton, Cina.

Dalam perjuangannya, Tan Malaka banyak menggunakan nama samaran. Ada 23 nama samaran yang dia gunakan untuk bisa menjelajahi dua benua dengan total perjalanan sepanjang 89 ribu kilometer atau dua kali jarak yang ditempuh Che Guevara di Amerika Latin. 

23 nama samaran yang digunakan lelaki berwajah tirus ini adalah Elias Fuentes, Estahislau Rivera dan Alisio Rivera (Filipina), Hasan Gozali (Singapura), Ossorio (Shanghai) Ong Soong Lee (13 varian, Hong Kong), Tan Ming Sion (Burma), Cheung Kun Tat dan Howard Law (Cina), Legas Hussein, Ramli Hussein dan Ilyas Hussein (Indonesia).

Tan Malaka meninggal pada usia 51 tahun di Desa Selopanggung, Kediri, Jawa timur 21 februari 1949. Sejarawan Belanda, Harry Poeze, menyebut Tan Malaka ditembak mati Suradi Tekebek berdasarkan perintah Letnan Dua Soekotjo dari Batalyon Sikatan, Divisi Brawijaya.

Pada 28 Maret 1963, Presiden Soekarno mengangkat Tan Malaka sebagai Pahlawan Nasional. Namun, rezim Orde Baru menghapus namanya dari pelajaran sejarah sekolah. Rezim Orde Baru menganggap Tan Malaka sebagai tokoh partai yang terlibat pemberontakan. 

Padahal, Tan Malaka justru menolak pemberontakan PKI 1926/1927. Dia juga dianggap tidak terlibat dalam peristiwa Madiun 1948. Bahkan, partai yang didirikan tanggal 7 November 1948, Murba, dalam berbagai peristiwa berseberangan dengan PKI dalam garis perjuangan.

Penulis : Yudo Utomo ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel Rezim Orde Baru "Membunuh" Tan Malaka ini dipublish oleh Yudo Utomo pada hari Saturday, November 10, 2012. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 1comments: di postingan Rezim Orde Baru "Membunuh" Tan Malaka
 

1 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...